Mereka yang Rendah Hati
BETAPA susahnya
pengamalan kriteria ini. Dalam kehidupan
sehari-hari, tidak mudah kita bersikap tawadhu atau rendah hati. Dalam
kenyataan, lebih mudah kita mengunggulkan kehebatan, prestasi, dan nilai-nilai
lebih yang kita miliki.
Susah kita
bersikap seakan-akan kita bukan siapa-siapa. Sedikit berperan, memiliki
kedudukan atau jabatan, langsung saja kita merasa tinggi hati. Tidak ada
kesulitan sedikit pun kita tidak
tidak tinggi hati, saat orang
lain memuji, sekalipun palsu atau cari muka.
Sangat mudah kita membanggakan
hal-hal sepele yang kita miliki. Sifat seperti inilah yang menghalangi
shalat kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mari kita camkan sabda Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam:
“Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang
yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu kepada
Allah, melainkan dimuliakan oleh Allah.” (HR. Muslim).
Hadist lain diriwayatkan dari Iyadh bin Himar,
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya AllahSubhanahu wa Ta’ala telah
mewahyukan kepadaku: ‘Bertawadhulah hingga seseorang tidak menyombongkan diri
terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.” (HR.
Muslim).
Beberapa kisah berikut sangat berkesan untuk kita
teladani. Rasul yang mulia ini sungguh merupakan makhluk yang rendah hati.
Tidakkah sunnah ini yang utama untuk kita tiru dan gugu?
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Nabi memiliki
seekor unta yang diberi nama al-‘adhba’yang
berarti unta yang tidak terkalahkan larinya. Suatu hari datang seorang Arab
dusun (a’rabiy) dengan untanya dan mampu mengalahkan. Hati kaum muslimin
terpukul menyaksikan hal tersebut, sampai hal itu diketahui oleh Nabi.
Beliau bersabda: “Menjadi haq Allah
jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya”
(HR. Bukhari). Allah mengajari utusan-Nya untuk rendah hati dan tidak
menyombongkan diri meski sekadar memberi julukan pada hewan kesayangannya.
Anas juga meriwayatkan kebiasaan indah Nabi bila
bertemu anak-anak. Beliau sangat menyayangi mereka. Beliaulah yang mengucapkan
salam lebih dahulu. Bahkan, sebagaimana kita ketahui, beliau menyarankan kita
menyapa siapa pun lebih awal. “Afsyu
al-salam ila man arafta wa man lam ta’rifhu“,
ucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan belum kamu kenal.
Muhammad Rasulullah makhluk termulia. Dunia dan
seluruhnya diciptakan karena dirinya. Setiap doanya mustajab dan dikabulkan.
Namun beliau memilih tetap rendah hati dan sangat santun. Riwayat Abu Said
al-Khudarii berikut sangat menyentuh hati. Mampukah kita teladani akhlak-akhlak
luhur berikut:
– Bila bajunya sobek, tangan mulia Rasulullah
menjahitnya sendiri. Padahal, semua sahabat dan istri-istrinya siap selalu
membantunya. Beliau teladan paripurna sepanjang zaman. Seperti tradisi
masyarakat padang pasir umumnya, beliau memiliki unta sebagai tunggangan utama.
Meski beliau ada pembantu di rumahnya, tidak segan-segan beliau memberi makan
sendiri tunggangannya.
Bila rumahnya bocor, beliau memperbaikinya.
Rasulullah juga tidak segan-segan memerah susu kambing untuk kebutuhan
hidupnya. Bila sandalnya rusak beliau menambalnya sendiri.
– Bila makanan disajikan, beliau ajak para
pembantunya untuk bersama-sama menikmati rezeki dan karunia itu. Kalau
kebutuhan dapur keluarganya habis, segera beliau menuju pasar Madinah. Barang
belanjaan itu dijinjingnya sendiri. Rasulullah mudah iba hati bila melihat
penderitaan orang lain.
Bila ada kabar seseorang sakit beliau menjenguknya.
Beliau tidak memilih dan memilah siapa yang sakit. Kaya, miskin, tua ataupun
muda selalu dihibur dan dibahagiakannya. Bersama sahabat-sahabat yang lain
beliau mengantarkan jenazah.
Mereka yang sakit terhibur dengan motivasi dan
kabar adanya pahala dan dosa yang terhapus karena cobaan itu. Mereka yang
ditinggal mati oleh keluarganya, akan dihiburnya.
– Jarang beliau menginapkan makanan atau minuman di
rumahnya. Beliau contoh agung seorang dermawan. Sorban dan baju yang melekat di
tubuhnya bila diminta sekalipun oleh Arab dusun dilepaskannya.Tiada
bandingannya dalam hal kedermawanan.
Wajahnya selalu ceria dan tersenyum. Diriwayatkan,
wajahnya indah dipandang, menyerupai bulan purnama. Senyum dan cerah menghias
wajahnya yang memang rupawan.*
Dari buku 8 Pintu Surga karya Mohammad Monib, MA
.
.
Komentar
Posting Komentar