Masjid Lautze tempat etnis Tionghoa mualaf
“Lautze itu tokoh mualaf Tionghoa, jadi difilosofikan nama karena di masjid Lautze ini pusatnya etnik Tionghoa jika ingin bersyahadat,” kata Ngatimin (60), seorang marbot atau penjaga masjid yang sudah bekerja di Masjid Lautze sejak 4 tahun lalu, Kamis (18/2).
Lautze sendiri jika diartikan dalam bahasa Mandarin artinya adalah guru. Pihak pendiri juga berpikiran bahwa kelak masjid ini dapat menjadi guru bagi mereka yang ingin memeluk Islam.
Masjid Lautze juga mempunyai keunikan tersendiri. Selain warna merah yang mendominasi interior dan exteriornya, adalah jam oprasional masjid layaknya durasi kerja kantoran. Masjid dibuka pukul 09.00 dan tutup pukul 17.00 WIB, jadi jika Anda ingin salat di Masjid Lautze hendaknya datang pada waktu Zuhur dan Asar.
“Masjid ini ada jam operasinya, tidak seperti masjid lainnya, ya itu karena kebijakan yayasan, jadi kaya orang kantoran saja buka jam 9 dan tutup jam 17.00 WIB sore,” celoteh Ngatimin.
Saat Imlek, Masjid Lautze biasa mengadakan kegiatan Islami. Contohnya seperti tahun lalu Masjid Lautze mengadakan pengajian bersama para mualaf dan pengurus YHKO (Yayasan Haji Karim Oei).
“Perayaan Imlek kalau tahun lalu sih ada, seperti pengajian bersama dengan mualaf, tapi kalau tahun ini enggak ada, saya juga kurang tahu kenapa, tapi kegiatan rutin yang ada selain salat Jumat berjemaah itu ada pengajian Sabtu dan Minggu,” tambah Ngatimin.
Masjid Lautze dalam dua bulan di awal tahun 2015 ini jadi tempat memualafkan hampir 20 orang, di bulan pertama ada sekitar 9 mualaf dari ethnik Tionghoa, dan bulan ini sekitar 8 orang telah di mualafkan di Masjid Lautze.
“Januari kemarin ada 9 orang mualaf, bulan ini baru 8, tadi siang jam setelah Zuhur ada 2 orang yang di syahadatkan, 1 pria dan 1 wanita,” ungkapnya, seperti dilansir Merdeka.
Pengaruh muslim pada etnik Tionghoa memang sudah bukan hal baru. Ajaran Islam yang telah dibawa turun temurun hingga kini masih diwariskan secara baik oleh penerus-penerusnya. Masjid Lautze adalah sarana warga pecinan di Jakarta jika ingin memperdalam serta memeluk agama Islam dan juga tempat untuk menggali khasanah Keislaman bersama muslim Tionghoa yang berjalan berdampingan dengan agama mayoritasnya.
sumber: http://sumaterapostplus.com
Komentar
Posting Komentar