Umat Islam Harus Merdeka dari Penjajahan Hawa Nafsu

Kemerdekaan jiwa dari belenggu hawa nafsu adalah awal dari kemerdekaan fisik lainnya
Umat Islam Harus Merdeka dari Penjajahan Hawa Nafsu
Rektor UNIKA Dr Ending Bahrudin
Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Dr. H. Ending Bahruddin menyerukan setiap umat Islam agar memerdekakan dirinya dari penjajahan hawa nafsu. Dengan kemerdekaan jiwa, kemerdekaan di bidang lain akan menyusul dengan sendirinya.
Hal itu dikatakan Ending dalam khutbah Jumat di hadapan sivitas akademik UIKA di masjid al-Hijri II, Bogor (Jumat, 14/8/15).
“Jangan terbuai dengan euforia peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia, sedang orang itu masih terjajah oleh hawa nafsunya,” jelas Ending.
Sebagai contoh, lanjut Ending, ada seorang penggembala yang diuji oleh sahabat Nabi Muhammad. Sahabat tersebut menyuruh anak itu menjual seekor kambing yang sedang digembala. Karena merasa bukan pemilik gembala, anak itu menolak tawaran sahabat. Berkali-kali dibujuk, rupanya sang penggembala teguh dengan pendiriannya.
Ia berkomitmen tidak menjual seekor pun gembalanya tanpa seizin pemilik binatang. Akhirnya rayuan sahabat terhenti setelah penggembala itu menjawab, kalau begitu lalu di mana Allah berada?
Kisah di atas, masih lanjut Ending dalam khutbahnya, hendaknya menjadi cermin dan refleksi seluruh umat Islam dalam memaknai hari kemerdekaan Indonesia. Bahwa ada jihad besar yang harus ditaklukkan sebelumnya jika ingin memperoleh kemerdekaan yang hakiki. Yaitu memerdekakan jiwa dari belenggu penjajahan hawa nafsu. Hawa nafsu adalah musuh terbesar yang harus ditaklukkan terlebih dahulu.
“Kemerdekaan yang hakiki bisa diraih jika orang tersebut mampu menguasai hatinya dari godaan hawa nafsu,” papar Ending menerangkan.
Dalam hal ini, Nabi mengingatkan tentang peran hati sebagai segumpal daging yang menentukan amal perbuatan setiap manusia.  Jiwa yang bersih adalah hati yang selalu menuruti panggilan keimanannya. Ia merdeka dari godaan hawa nafsu dan selalu  memancarkan akhlak yang terpuji.
“Jika hati seseorang bersih niscaya perbuatannya bisa terjaga dan tidak akan merugikan orang lain,” ungkap Ending.
Ibarat sebatang pohon, semakin pohon itu tinggi maka angin yang menerpanya kian kencang pula. Semakin besar volume keimanan yang dipunyai seseorang niscaya kian besar pula tantangan hawa nafsu yang dihadapi. Namun ketika ia berhasil melewati godaan tersebut, maka bukan hanya jiwanya yang merdeka. Tapi ia juga layak mendapatkan kemerdekaan selainnya.
“Kemerdekaan jiwa dari belenggu hawa nafsu adalah awal dari kemerdekaan fisik lainnya,” ujar Ending menerangkan. “Selanjutnya akan lahir kemerdekaan pendidikan, kemerdekaan ekonomi, kemerdekaan hukum, kemerdekaan politik, dan sebagainya,” imbuh Ending menutup.
sumber: Hidayatullah.com

Komentar

ngepop

Ciri-ciri Mati Syahid

Astagfirullah, Anak Band Ini Minta Gitar Saat Sakratul Maut

"Tanda-Tanda Hati yang Mendapat Hidayah"