Jihad Prajurit Marinir Riyono Untuk Negara dan Anak-anak Mengaji

Jihad Prajurit Marinir Riyono Untuk Negara dan Anak-anak Mengaji

Pesantren biasanya punya seorang kiai atau ulama besar. Namun di Cilodong, Depok ada 'pesantren' milik seorang marinir.

Dia adalah Peltu Riyono Suhadi (45). Dia mendirikan pesantren di rumahnya di daerah Cilodong. Meski tak sebesar pesantren pada umumnya, namun rumahnya seluas 1.500 meter itu sengaja dia jadikan tempat belajar agama, mulai dari majelis taklim hingga Taman Pendidikan Alquran untuk anak-anak.

Riyono tak berharap apa-apa atau mencari keuntungan dari pesantrennya. Motivasi utamanya adalah semata-mata hanya ingin beribadah dan mencari ketenangan jiwa.

"Alasannya ibadah saja, nyari ketenangan jiwa, saya berprinsip kepada hadis nabi yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat. Kira-kira saya hidup bermanfaat nggak buat orang, kalau saya nggak manfaat kayaknya rugi banget," ucap Riyono saat berbincang dengan detikcom di rumahnya, di Jl Haji Kocen, Kalimulya, Cilodong, Depok, Rabu (30/9/2015).
Peltu Riyono berseragam


Riyono yang sebelum sekolah militer sempat mengenyam pendidikan S1 di Ilmu Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Al-Ayyubi ini lalu berfikir bagaimana agar ilmu yang dia punya bisa diajarkan ke orang lain. Seperti misalnya mengajarkan Alquran.

"Pikir saya manfaat saya apa. Kebetulan saya punya sedikit ilmu, bisa baca quran, jadi saya ngajarin itu. Ikut mencerdaskan belajar Alquran itu, jadi saya bikin pengajian," katanya.

Peltu Riyono mengajar ngaji

Meski banyak yang berfikir apa yang dilakukan Riyono akan menghabiskan waktu, uang dan pikiran. Namun apa yang sudah dipilihnya membuat jiwanya tenang dan dia senang melakukannya.

"Kalau orang pikir katanya mah rugi, rugi waktu, rugi pikiran, rugi tenaga, rugi biaya. Tapi kayaknya tenang kalau sudah bisa sedekah sudah bisa memberi tenang itu," ucap dia yang kini berdinas di Korp Marinir Kwitang, Jakarta.

Riyono mengaku senang, kini anak didiknya sudah banyak yang bisa membaca Alquran, Iqra dan juga baca tulis. Meski tak banyak, namun ilmu yang diajarkan bisa berguna untuk mereka.

"Pikir saya, andai kata saya meninggal mendadak, masih ada amalan yang mengalir. Itu yang melatarbelakangi saya. Keduanya ibadah dan bisa bermanfaat untuk orang lain, artinya jihadnya saya jihad ngajarin anak-anak," tutupnya.
(http://news.detik.com)

Komentar

ngepop

Upacara Natal Bersama Haram

Bos Properti Jepang Jadi Mualaf Setelah Membangun Masjid Untuk Karyawannya

19 TANDA KEMATIAN YANG MULIA (KHUSNUL KHATIMAH)