Pesan Silaturahim Saat Berhaji
Pada saat acara silaturahim pihak Kedubes SA di Universitas Indonesia tahun 2008 sy ditanya Atase Agama, apakah sy sdh berhaji? Jawaban adalah belum. Lalu beliau bertanya lagi apakah sy mau pergi berhaji ke Tanah Suci? Sy katakan mau, terlebih lagi jika berangkat bersama istri. Singkat cerita, sy dan istri bergabung dengan anggota rombongan lainnya undangan Raja menunaikan ibadah haji.
Saat di Makkah, saya mengalami banyak pengalaman yang menakjubkan terkait pesan silaturahim. Pertama, saat saya usai shalat sunah bada Jum'ah, sy bergegas akan keluar Masjidil Haram. Tiba2 terdengar panggilan seseorang dari belakang, agak jauh sebenarnya: "Kang...Kang Unang...". Tentu saya berhenti dan tertegun sejenak. Sangat terbatas orang yang menggunakan nama tsb untuk memanggil saya. Nama tsb khas Sunda, merupakan nama panggilan yang diberikan pada sy oleh Nenek. Unang berarti laki2, anak lanang.
Seorang pemuda 35 tahunan dengan pakaian Ajengan/Kyai, yang memanggil tadi, menghampiri sy dan memperkenalkan diri. Alangkah terperanjatnya sy. Ternyata ia adalah Ajengan Dede pengasuh Pesantren di Sukaratu Tasikmalaya, putra bungsu alm KH Kholil dari Hj. Nonin Djahidi, putri dari KH Djahidi pengasuh pesantren Cihejo. Abah Cihejo ini adalah adik kandung nenek saya, Hj. Siti Sadiyah. Jadi, Hj. Nonin adalah sepupu ibunda saya. Sama2 keturunan Syech Abdul Muchyi Pamijahan.
Hal yang membuat sy tdk habis pikir adalah di tengah lautan 2,5:juta manusia, Ajengan Dede dapat mebemukan saya. Sejujurnya sy tdk mengenalnya, kecuali jumpa beberapa kali di desa dahulu saat beliau kecil. Dan satu kali pernah jumpa di rumah ibunda sy kira2 beberapa tahun sebelum berhaji. Sungguh merupakan hal yang mengherankan...
Peristiwa kedua adalah di Mina dan Madinah. Pada saat Mabit, sy dan rombongan bergabung dengan delegasi undangan raja dari berbagai negara, Jepang, Korea, China, Afrika, Eropa dll. Grup besar ini tinggal di perkemahan yang sangat baik dan terjamin fasilitasnya. Pada sore hari, sy mengamati rombongan TKI dari Kwait, Qatar, dll. yang berhaji dengan car mengorganisir diri mereka sendiri. Saat Mabit mereka duduk berbris rapi di pinggiran jalan menuju terowongan. Jadi, posisi mereka berada di jalan bawah di belakang tenda kami.
Jam 10 malam mereka duduk tetap rapi namun tampak agak gelisah. Dalam pikiranku mereka pasti kehausan dan kekurangan makanan. Dari balik pagar, sy dkk. Menyembulkan kepala dan bertanya, apakah mereka warga Indonesia? Mereka mengiyakan dengan teriakan mulai kurang bersemangat. Ketika ditanya apakah mereka sdh makan? Mereka menjawab serempak, "belum". Kemudian sy dkk melemparkan makanan sebisa kami untuk memberika: apel, jeruk, pisang, miestan, biskuit, air minum dll. Subhanallah...mereka berebut seperti anak2 yang benar kehausan dan kelaparan.
Usai berhaji kami berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah. Bada shalat dhuha kami pulang dari Raudhah dan di depan mesjid Nabawi berjumpa rombongan TKI yang sedang berfoto2. Sy bertanya, apakah mereka yang Mabit dekat Terowongan di Mina? Subhanallah...mereka menjawab ya dan mengatakan, "Jadi Bapak ya yang memberi kami makanan". Mereka menyalami saya dan beberapa kawan yang bersama2 shalat di Raudhah. Allah Maha Agung....ditengah jutaan kemungkinan, kami dan rombongan warga Indonesia Pahlawan Devisa dipertemukan di Mina di kejauhan dan kemudian di Madinah dari dekat/langsung. Luar biasa.
Masih ada tiga peristiwa lagi yang terjadi. Yang intinya, sy dipertemukan dengan orang2 yang mempunyai keterkaitan dengan saya. Apa maknanya ya..kira2. Sy yakin ini pesan dari Tuhan YME, bahwa berjumpa dan dilaturahim adalah penting.
(https://www.facebook.com/gumilar.somantri/posts/209352419413069)
Komentar
Posting Komentar