Jaga Agamamu, Jangan Sampai Murtad Tanpa Sadar!



BILI nawaqidulAllah - Subhanahu Wa Ta'ala - , berfirman, yang artinya
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. "(QS. Aali Imraan : 102)
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -  telah mengingatkan orang-orang yang beriman agar terus-menerus menjaga agamanya dengan meningkatkan ketaqwaannya sampai ajal menjemput. Kondisi seseorang di akhir hayatnya, apakah khusnul khatimah (akhir yang baik) ataukah suul khatimah (akhir yang jelek) merupakan penentu kehidupan berikutnya kelak di akhirat.
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Amalan-amalan itu tergantung akhirnya."
      Iblis telah bersumpah dan bertekad untuk mencari kawan menjadi penghuni neraka dengan cara menyesatkan manusia, Allah berfirman
“ Iblis menjawab, "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka. “(QS. Shaad : 82-83)
       Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah mengingatkan bahwa kehidupan dunia penuh dengan fitnah, bisa jadi seseorang di pagi hari beriman, sore hari telah kafir, atau sebaliknya. Terlebih lagi di zaman sekarang, banyak sekali sebab-sebab seorang lepas dan keluar dari agamanya, bahkan banyak yang tidak sadar.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Bergegaslah untuk beramal shalih, karena akan muncul banyak fitnah seperti penggalan-penggalan malam yang gelap, di pagi seorang beriman menjadi kafir di sore harinya. Atau seorang beriman di sore hari menjadi kafir di pagi harinya, menjual agamanya dengan ambisi dunia". (HR. Muslim)
       Namun bukan berarti dengan itu semua, kita bermudah-mudahan menuduh dan menuding tunjuk hidung bahwa seseorang  telah kafir keluar dari agama islam. Namun semestinya kita mengarahkan materi pembatal keislaman ini kepada diri-diri kita sendiri, agar kita selalu mawas diri dan menjaga diri dari sebab-sebab kekufuran.
       An Nawaqidlu (pembatal-pembatal) adalah bentuk jamak/plural dari kata “ An Naaqidl” yang merupakan bentuk isim fa'il dari kalimat "naqodho asy syaiy" yang artinya; ia mengurai, menghancurkan, dan merusaknya.
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -  berfirman,
"Janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya." [QS. An-Nahl: 91].
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali." [QS. An-Nahl: 92]
     Islam ialah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menaati-Nya, dan berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya. Itulah definisi Islam.
      Kata “aslama” maknanya adalah “istaslama” , yaitu berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya dan memurnikan peribadahan kepada-Nya, tidak kepada selain-Nya. Barangsiapa tidak berserah diri kepada Allah, berarti ia orang yang sombong. Barangsiapa berserah diri kepada Allah, dan kepada yang lain-Nya, maka ia orang musyrik. Adapun orang yang berserah diri kepada Allah semata, maka ia adalah seorang muwahhid (ahli tauhid). Oleh karenanya beliau berkata, "Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya".
     Tauhid ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yaitu dengan menjadikan satu sesembahan semata, tidak menjadikan sesembahan yang banyak, maka hanya satu tuhan saja yang berhak disembah, yaitu Allah semata.
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -  berfirman,
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah sesembahan yang Esa, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [QS. At-Taubah: 31]
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -  berfirman,
"Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus." [QS. Al-Bayyinah: 5]
Itulah Islam, yaitu agama yang lurus.
"Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [QS. Yusuf: 40]. Itulah Islam.
    Adapun ucapannya," Tunduk kepada-Nya dengan ketaatan" maknanya adalah di samping mentauhidkan-Nya, ia pun tunduk kepada perintah-perintah-Nya. Tunduk terhadap perintah-perintah Allah hingga diapun mengerjakannya dan meninggalkan hal-hal yang Dia larang hingga diapun menjauhinya. Ketaatan mencakup pelaksanaan terhadap hal-hal yang diperintahkan, sekaligus meninggalkan hal-hal yang dilarang. Tidak cukup dengan meyakini keesaan Allah semata tanpa diiringi amal perbuatan.
      "Berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya" maknanya adalah seseorang tidaklah cukup hanya beribadah kepada Allah semata, tetapi ia pun harus berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya, meyakini kebatilannya, meyakini kafirnya orang-orang musyrik, dan membenci serta memusuhi mereka karena Allah .
Wajib bagimu memusuhi musuh-musuh Allah dan mencintai para wali Allah. Engkau mencintai perkara yang Dia cintai, mencintai orang-orang yang Dia cintai, membenci perkara yang Dia benci dan membenci orang-orang yang Dia benci. Itulah makna ucapan beliau, "Berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya." Sebagaimana Ibrahim - Alaihis Salam- dan orang-orang yang bersamanya telah berlepas diri dari orang-orang musyrik, sebagaimana firman Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -  ,
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya Kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah “ [QS. Al-Mumtahanah: 4].
        Mereka (Ibrahim dan mereka yang bersamanya) telah berlepas diri dari mereka (kaumnya), dan sesembahannya.
"Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." [QS. Al-Mumtahanah: 4]
     Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -  berfirman,
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhlrat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang mcncntang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-Im/xik, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. [QS. Al-Mujadalah:22].
“ wahai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." [QS. At-Taubah: 23].
Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -  berfirman,
"wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia." [QS. Al-Mumtahanah: 1].
      Itulah tauhid yang telah Allah perintahkan. Allah - Subhanahu Wa Ta'ala -  pun telah memerintahkan agar berloyalitas kepada orang-orang yang bertauhid, dan berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya, karena kesyirikan akan membatalkan tauhid.
 
   BILI nawaqidul bannerIslam memiliki pembatal-pembatal. Terkadang seseorang sudah masuk Islam, akan tetapi ia melakukan perkara yang dapat mengeluarkannya dari Islam -sadar ataupun tidak sadar-, maka seyogyanya setiap orang mengetahui pembatal-pembatal keislaman ini.
Lihatlah Nabi Ibrahim –- Alaihis Salam- , beliau mengkhawatirkan dirinya terjatuh ke dalam kesyirikan, padahal beliau adalah orang yang telah menghancurkan berhala, dan beliau pun disakiti karena Allah. Namun demikian, beliau tidak merasa aman terhadap dirinya. Beliau berdo'a:
"Jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala. Ya Tuhanku, Sesungguhnya berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia." [QS. Ibrahim: 35-36].
       Ketika Ibrahim - Alaihis Salam-  melihat begitu maraknya kesyirikan dan begitu banyaknya orang-orang yang terpedaya (dengannya), beliau merasa khawatir terhadap dirinya. Karena ia hanya manusia biasa. Sedang orang-orang yang telah terjerumus dalam kubangan kesyirikan adalah dari golongan manusia juga. Karenanya, seseorang tidak boleh menganggap dirinya suci, dan merasa aman terhadap agamanya, akan tetapi kekhawatiran terhadap agamanya haruslah lebih besar dari kekhawatirannya terhadap diri, harta dan istrinya.
Ibrahim - Alaihis Salam-  berdoa kepada Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - ,
"Jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari pada menyembah berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia. " [QS. Ibrahim: 35-36].
          Pembahasan ini -yaitu pembahasan pembatal-pembatal keislaman- telah mendapat perhatian yang besar dari para ulama, dahulu dan sekarang. Pembahasan ini sepantasnya mendapat perhatian yang besar. Dalam permasalahan ini mereka (para ulama) telah menyusun tulisan-tulisan yang khusus, dan telah membuat pembahasan tersendiri di dalam kitab-kitab fiqih. Mereka menamainya "Bab Hukmul Murtad" (hukum orang yang murtad). Dalam bab tersebut mereka menyebutkan pembatal-pembatal keislaman, dan hukum orang yang terjerumus dalam sebagiannya' -Merekapun telah menyebutkan banyak hal yang termasuk pembatal-pembatal keislaman yang barangkali tidak pernah terbesit dalam hati-hati manusia. Mereka menyebutkan satu persatu, menjelaskannya dan menjelaskan pula hukum orang yang terjerumus dalam salah satu perkara tersebut.
Inilah salah satu buku ya, yakni Syarah Nawaaqidlul Islam, karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al fauzan – hafidhahulloh-. (http://al-aisar.com/)

Komentar

ngepop

Pesan Silaturahim Saat Berhaji

Ulama Aceh Larang Konser Musik Kecuali yang Bernuansa Islami

Keteladanan dalam Mendidik Anak