Ketika Megawati Katakan Hanya karena Satu Orang, Ribut Setengah Jagat


Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri
“Kita diharuskan mencintai semua makhluk. Kok sekarang seperti itu banyak isu SARA. Islam kok gitu, siapa yang ngajari? ” ujar Megawati.
 Oleh: Vivi Kurnia Sari
vivi.kurnia.sari88@gmail.com
AKSI unjuk rasa susulan kabarnya akan kembali dilaksanakan pada 4 November 2016. Rencananya aksi ini akan melibatkan banyak ormas islam juga elemen masyarakat dari berbagai kalangan. Hal ini menjadi perhatian dari Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Beliau mengatakan bahwa ia telah mengetahui terkait adanya rencana demo besar-besaran di depan Istana Merdeka dan menilai hal tsb syarat akan isu SARA yang sengaja diangkat menjelang pilgub DKI 2017 mendatang, “Kita diharuskan mencintai semua makhluk. Kok sekarang seperti itu banyak isu SARA. Islam kok gitu, siapa yang ngajari? ” ujar Megawati di sela-sela ‘Pelatihan Mubaligh Kebangsaan Baitul Muslimin’ di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, (news.detik.com, 31/10/2016)

Selanjutnya Megawati Soekarno Putri Menambahkan, “Islam harus Islam yang benar. Indonesia kaum yang mencintai kaum-kaum yang lain. Kita harus mengayomi. Saya tidak membela China, saya membela NKRI yang saya cintai. Pemilu sudah ada dari dari tahun 1955 pemilu itu. Lho kok sekarang hanya satu orang ribut setengah jagat. Kita harus memilih,” jelasnya (news.detik.com, 31/10/2016)
Video Viral yang Fenomenal
Berawal dari sebuah video yang diupload oleh seseorang dimana didalam video itu Ahok tampak sedang menggelar blusukan dan berdialog dengan masyarakat Kepulauan Seribu terkait Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta. Ia meminta agar seluruh masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan berbagai tanggapan mengenai dirinya. “Jadi enggak usah pikirin. ‘Akh! Nanti kalau enggak kepilih, pasti Ahok programnya bubar’. Enggak! Saya masih terpilih (menjabat) sampai Oktober 2017,” ucap Ahok.
Selanjutnya, Ahok menyelipkan pernyataan terkait penggunaan surat Al Maidah ayat 51 dengan statusnya sebagai non muslim, “Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu enggak pilih saya. Dibohongin pakai surat Al Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu,” tegas Ahok.
Ahok mengungkapkan agar masyarakat tidak perlu percaya kepada pihak yang menjadikan surat Al-Maidah ayat 51 menjadi alasan untuk tidak memilihnya. Tentu saja hal itu menuai banyak kontroversi baik tingkat nasional bahkan hingga dunia internasional.. Masyarakat menilai Ahok telah melakukan penistaan terhadap ayat al-Qur’an serta penghinaan kepada para ulama yang tegas menyatakan haram hukumnya bagi umat islam yang memilih dan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.
Bentuk keseriusan umat islam sangat nampak akan kasus ini. Mulai dari banyaknya petisi hingga upaya pelaporan ke pihak berwajib oleh berbagai elemen termasuk Majeis Ulama Indonesia (MUI). Para ulama muslim beserta dengan masyarakat Indonesia meminta agar Ahok dapat segera ditangkap dan diadili. Mereka mengatakan akan tetap mengikuti prosedur hukum di Indonesia dan tak akan main hakim selama tuntutan mereka dipenuhi.
Hukum Buatan Manusia Tak Tuntaskan Masalah
Sikap dari penegak hukum di Indonesia saat ini semakin dipertanyakan. Dimana sebelumnya, Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengajak masyarakat untuk mengawal kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Namun, ia menilai pengawasan masyarakat tidak perlu dilakukan dengan pengerahan massa. “Kita adalah negara demokrasi, kita serahkan pada aturan main dan aturan hukum yang ada. Silahkan dikawal proses-proses hukum itu tanpa perlu untuk melakukan tekanan-tekanan dengan pengerahan massa,” kata Tito di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. (nasional.kompas.com, 24/10/2016)
Hal ini tentu semakin menyakiti perasaan umat muslim Indonesia dan semakin menambah rentetan fakta bahwa hukum di Indonesia sungguh tak adil. Sehingga membuat sebagian masyarakat semakin sadar, bahwa selama hukum di Indonesia tak mengacu pada syariat islam, maka selama itu pula umat islam tak akan pernah mendapatkan keadilan. Lihat saja kasus yang sempat heboh dengan adanya isu “terorisme”. Saat itu polisi begitu bertindak cepat dan langsung melakukan penangkapan terhadap seseorang yang masih terduga teroris, bahkan banyak dari mereka yang meregang nyawa sebelum diadili.
Perlakuan berbeda dengan kasus Ahok yang berlarut tanpa kejelasan. Meski telah banyak dilaporkan dan mendapat dukungan besar dari masyarakat, namun nampaknya itu tidak mengubah sedikitpun sikap dari penegak hukum atas kasus ini, Bahkan cenderung dibiarkan berlarut-larut meski telah telah benyak mendapatkan respon keras dari umat islam.
Bela Agamamu
Marah menjadi hal yang dilarang dalam islam jika hal tersebut didorong oleh sentimen etnis, kelompok, golongan atau kebangsaan (’ashabiyah), sebab semua itu hanya bersumber dari hawa nafsu dan setan.
Maka islam sebagai agama yang sempurna tentu mempunyai aturan tentang marah. Marah bukan hanya boleh, bahkan harus saat kehormatan Allah SWT dan Rasul-Nya dilanggar. Baginda Rasulullah SAW pun bisa marah, tentu semata-mata karena Allah SWT. Dalam satu riwayat menyatakan bahwa: “Sesungguhnya Nabi SAW tidak pernah marah terhadap sesuatu. Namun, jika larangan-larangan Allah dilanggar, ketika itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi rasa marahnya,” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Kemarahan dalam kasus Ahok ini akan menjadi pembeda antara mereka yang beriman dan munafik, yang beriman tidak akan pernah rela kitab suci dinista, ulamanya dihina. Tidak, mereka akan terus berupaya dan tak sedikitpun melakukan pembiaran meskipun tekanan terus datang bahkan nyawa mereka harus melayang. Sedang bagi mereka yang munafik, mereka justru akan terus bermanis muka dengan orang kafir, pura-pura lupa, buta dan tuli ketika al-Qur’an dinista dan ulama dihina. Ketika orang-orang menuntut keadilan justru mereka mencibir bahkan menghina orang-orang yang turut dalam aksi bela al-Qur’an yang akan dilaksanakan 4 November nanti.
Maka sungguh ancaman dan balasan dari Allah kepada golongan munafik ini begitu luar biasa, seperti yang terdapat dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka,” (T.Q.S.An-Nisa 4 :145).
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah akan kasus ini. Bahwa hukum di Indonesia sungguh tidak adil dan tak akan pernah adil selama masih berstandar pada manusia, sebab semua jelas syarat akan kepentingan si pembuat hukum dan yang berkuasa. Sehingga sungguh hanya hukum yang datangnya dari Allah SWT yang mampu menyelesaikan segala bentuk problematika yang ada. Dialah Allah yang menciptakan segala sesuatu dan karenanya hanya Allah SWT yang berhak mengatur seluruh kehidupan manusia dalam hal terkecil hingga yang terbesar, dari tidurnya manusia hingga bangun tidur bahkan hingga bangun negara islam ada aturannya.
Wallahu a’lam bishawab. []
Sumber :
(news.detik.com, 31/10/2016)

(nasional.kompas.com, 24/10/2016)

Komentar

ngepop

Ciri-ciri Mati Syahid

Astagfirullah, Anak Band Ini Minta Gitar Saat Sakratul Maut

"Tanda-Tanda Hati yang Mendapat Hidayah"