Jangan Mencela Waktu


Oleh Nugroho Al Fakir

Banyak orang masih meyakini adanya hari baik dan hari sial (naas). Sampai-sampai, banyak di antara mereka menghitung-hitung manakala hendak bepergian, melaksanakan hajat menikahkan anak atau semisalnya. Sepertinya mereka meyakini bahwa ada hari-hari tertentu sebagai hari naas. Bahkan, ada yang sampai menghindari hari atau bulan tertentu untuk bepergian atau menyelenggarakan pesta perkawinan.
Padahal, waktu atau zaman hanyalah wadah atau penanda agar kita mampu mengingatkan sejumlah peristiwa yang pernah terjadi dalam mata rantai dan perjalanan kehidupan di muka bumi ini. Sementara peristiwa, kejadian dan musibah yang menimpa seseorang sudah tertulis di sisi Allah Ta’ala. Allah tidak menciptakan waktu baik dan waktu sial.
Sebenarnya menisbatkan nasib naas atau nasib baik kepada waktu bukanlah semata-mata terjadi pada masa sekarang. Imam Al-Baghowiy rahimahullah berkata, “Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam, ‘janganlah seseorang mangatakan: ‘Wah, celaka karena masa (waktu)!’, maknanya bahwa di antara kebiasaan orang Arab adalah mencela masa, yaitu pada waktu kejadian-kejadian (musibah), karena menisbatkan musibah-musibah dan perkara-perkara yang tidak disukai kepada masa. Mereka terbiasa mengatakan (tentang orang yang tertimpa musibah), ‘Masa-masa sial telah menimpa mereka; mereka telah dibinasakan oleh masa’.” Allah Subhanahu wa -Ta’ala’ telah menyebutkan tentang mereka di dalam kitab-Nya seraya berfirman, “Mereka berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja; kita mati dan kita hidup. Tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa’, dan mereka sekali-ali tidak memiliki pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain menduga-duga saja.” (QS Al-Jaatsiyah ayat 24)

Masa atau waktu adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Ta’ala. Tak sepantasnya kita mencela waktu sebagai makhluk ciptaan Allah. Ketika mencela makhluk, ibaratnya seseorang itu mencela Pembuat atau Penciptanya. Si pencela ini seakan tak menghormati sang Pencipta, seolah makhluk yang dicelanya tiada guna. Padahal Allah menciptakannya berdasarkan hikmah yang amat tinggi. Dan sekali lagi, Allah tidak menciptakan waktu baik dan waktu sial.
Nabi Muhamad Shollallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan bahwa mencela masa dan mengembalikan kesialan kepada masa berarti menyakiti Allah Ta’ala. Sebagaimana jelas dalam sabdanya, “Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Anak adam manyakiti-Ku; anak Adam berkata, ‘Wah, celaka karena masa’. Janganlah seorang di antara kalian berkata, ‘Wah, Celaka karena masa’, karena Aku adalah pemilik masa, Aku membolak-balikkan malam dan siang“. (HR Bukhariy – Muslim)
Akibat mencela waktu, menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah, “Pencela masa akan berkisar dalam dua perkara; ia harus terkena oleh salah satunya: entah ia mencela Allah, ataukah ia musyrik (mempersekutukan Allah), karena jika ia meyakini bahwa masa adalah pelaku bersama Allah, maka ia adalah musyrik. Jika ia meyakini bahwa Allah saja yang melakukan hal itu, sedang ia mencela yang melakukannya, maka sungguh ia telah mencela Allah“.
Begitu besar dosa kita ketika mencela waktu, menyakiti atau menyekutukan Allah (musyrik). Sebab itu, daripada mencela waktu, alangkah lebih baik bilamana kita senantiasa mengisi atau memanfaatkan untuk dengan meningkatkan keimanan, mengerjakan amal saleh, dan menegakkan kebenaran dalam bingkai kesabaran. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada di dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati agar menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr ayat 1-3) [*]


Komentar

ngepop

Produk Halal Indonesia Sasar Pasar Jepang

Ghirah dalam agama

Adab Islami Ziarah Kubur