Nabi Pun Tak Kuasa Memberi Hidayah
Oleh: Badrul Tamam
Nabi Muhammad adalah seorang manusia seperti yang
lainnya. Ia butuh makan, minum, istirahat dan kebutuhan manusiawi lainnya.
Hanya saja ia dipilih oleh Allah menjadi utusannya, diberikan wahyu untuk
disampaikan kepada umat manusia.
Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ
يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia
biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS. Al
Kahfi: 110)
Syaikh As-sa'di menafsirkan ayat di atas sebagai
berikut: "Katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang kafir dan yang
lainnya, bahwasanya aku manusia seperti kalian, aku bukan Tuhan. Aku tidak
menjadi sekutu bagi Allah dalam kekuasaanya. Aku tidak mengetahui hal-hal yang
ghaib dan tidak pula memiliki perbendaharaan Allah. Tetapi, aku adalah salah
satu dari hamba Tuhanku. Aku dilebihkan daripada kamu sekalian dengan wahyu
yang Allah turunkan kepadaku, agar aku menyampaikan kepada kalian bahwa Tuhanmu
adalah Tuhan yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku menyeru kalian kepada
amal yang mendekatkan kepada-Nya agar kalian meraih pahala-Nya dan
menyelamatkan kalian dari adzab-Nya." (Taisirul Karimir Rahman,
Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As Sa'di, 489).
Hidayah adalah Hak Ilahi
Firman Allah Ta'ala:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk." (QS. Al Qashash: 56)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Allah
berfirman kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam, 'sesungguhnya
engkau tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai.'
Maksudnya: itu bukan urusanmu. Tetapi, kewajibanmu hanya menyampaikan dan Allah
akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dia yang memiliki hikmah
yang mendalam dan argumentasi yang kuat, sebagaimana firman Allah: "Bukanlah
kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang
memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya."
(QS. Al Baqarah: 272)
Dan juga firman-Nya: "Dan sebahagian besar
manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat menginginkannya-."
(QS. Yuusuf: 103) Bahkan ayat ini lebih khusus daripada ayat yang lainnya.
Maksudnya, Allah lah yang paling mengetahui orang yang berhak mendapat hidayah
dari orang-orang yang tersesat. (Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, III/ 523).
Ayat ini sebagai bantahan terhadap para penyembah
kuburan para Nabi dan shalihin yang mempercayai bahwa mereka mampu memberikan
manfaat dan menimpakan madharat. Sehingga mereka diminta untuk memberikan
ampunan dosa, menghilangkan kesusahan, memberikan petunjuk hati dan kepentingan
duniawi dan ukhrawi lainnya. Dan meyakini bahwa mereka masih bisa melakukan
sesuatu setelah meninggal dunia dengan karamah yang dimilikinya. Mereka
beralasan dengan firman Allah "Mereka memperoleh apa yang
mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka." (QS. Az Zumar: 35)
Apabila seseorang mengerti maksud QS. Al Qashash: 56
dan kepada siapa diturunkan, akan jelas kebatilan dan kesesatan syirik mereka.
Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai mahluk yang
paling mulia, paling dekat dengan Allah dan memiliki kedudukan yang istimewa di
sisi-nya, berharap dan berusaha keras agar pamannya Abu Thalib mendapatkan
hidayah, baik ketika Abu Thalib masih hidup atau ketika menjelang wafatnya.
Akan tetapi, beliau gagal dan tidak mampu memberikan hidayah kepadanya.
Kemudian setelah dia wafat, beliau memintakan ampun untuknya tapi tidak
dikabulkan sehingga Allah melarang hal itu.
Dari kisah ini ada keterangan yang amat jelas dan
argumen yang terang bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak
memiliki kemampuan untuk menimpakan madharat dan mendatangkan manfaat, tidak
bisa memberikan hidayah dan menghalanginya. Urusan hidayah, seluruhnya ada di
tangan Allah. Ia memberi petunjuk dan menyesatkan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, menyiksa dan merahmati siapa yang dikehendaki-Nya,
menghilangkan dan menimpakan musibah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, Dia lah
yang Maha Pengampun dan Penyayang.
Kalau Nabi memiliki kuasa untuk memberikan hidayah, mengampuni dosa dan menghilangkan kesusahan, pastilah, Abu Thalib adalah orang yang paling berhak akan hal itu karena jasanya tehadap pengasuhan beliau, sewaktu masih berumur delapan tahun sampai sekitar tahun kedelapan dari kenabian. (Taisirul 'Azizil Hamid, hal. 298-299)
Kalau Nabi memiliki kuasa untuk memberikan hidayah, mengampuni dosa dan menghilangkan kesusahan, pastilah, Abu Thalib adalah orang yang paling berhak akan hal itu karena jasanya tehadap pengasuhan beliau, sewaktu masih berumur delapan tahun sampai sekitar tahun kedelapan dari kenabian. (Taisirul 'Azizil Hamid, hal. 298-299)
Macam-macam hidayah
Hidayah yang dinyatakan Nabi tidak dapat memberikannya
adalah hidayah taufik dan menerima kebenaran. Karena hidayah ini ada di tangan
Allah dan Dia-lah yang berkuasa atas hal itu. Adapun hidayah yang disebutkan
dalam firman Allah Ta'ala:
"Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus." (QS. Asy Syura: 52) adalah
hidayah petunjuk dan keterangan, karena beliau adalah yang manjelaskan apa yang
berasal dari Allah dan menunjukkan kepada agama dan syariat-Nya. (Fathul Majid,
hal. 283)
Hidayah taufiq adalah hak Allah Ta'ala
Hidayah masuk Islam hanyalah di tangan Allah saja,
tiada seorang pun yang dapat menjadikan seseorang menempuh jalan kebenaran ini
kecuali dengan kehendak-Nya. Maka hidayah hanya dimintakan kepada-Nya.
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, dari Ibnul
Musayyab, bahwa bapaknya berkata: "Tatkala Abu Thalib akan meninggal
dunia, datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepadanya dan
pada saat itu 'Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu jahal berada di sisinya, maka
beliau bersabda kepadanya:
يا عم قل لاإله إلا الله كلمة أحاج لك
بها عند الله
"Wahai pamanku! Ucapkanlah La Ilaha Illallah,
suatu kalimat yang dapat aku jadikan bukti untuk (membela)-mu di hadapan Allah."
Tetapi disambut oleh Abu Umayyah dan Abu jahal: "Apakah kamu membenci
agama Abdul Muthalib?" Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mengulangi sabdanya lagi, akan tetapi mereka berdua pun mengulang kata-katanya
itu. Maka akhir kata yang diucapkannya, bahwa dia masih tetap pada agama Abdul
Muthalib dan enggan mengucapkan La ilaha Illallah. Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh aku akan memintakan ampunan
untukmu selama aku tidak dilarang." Lalu Allah 'Azza wa Jalla menurunkan
firman-Nya:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ
آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ
بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang
yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun
orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya)." (QS. At Taubah:
113)
Dan mengenai Abu Thalib, Allah menurunkan firman-nya:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk." (QS. Al Qashash: 56)
Sebaliknya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tidak berhak menghukumi seseorang, bahwa dia pasti tidak akan mendapatkan
hidayah kecuali berdasarkan wahyu Allah Ta'ala.
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik rahimahullah,
ia berkata: "Nabi pernah terluka pada waktu perang uhud, sehingga dua
giginya tanggal. Lalu beliau bersabda: 'Bagaiman bisa akan beruntung suatu kaum
yang melukai Nabinya?' Lalu turunlah ayat:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ
"Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu." (QS. Ali Imran: 128).
Dan dalam riwayat yang lain beliau mendoakan keburukan
kepada Sufwan bin Umayyah, Suhail bin Amru dan Harits bin Hisyam." (HR.
Imam Bukhari, Nasai, Ahmad dan Tirmidzi).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan
bahwa orang-orang musyrik yang ikut dalam perang Uhud tidak akan masuk Islam
karena kebodohan dan pembangkangan mereka terhadap beliau yang sudah melewati
batas, bahkan beliau melaknat beberapa anggota mereka.
Kemudian Allah yang Maha Mengetahui dan Penguasa
segala-galanya yang memiliki hak mencipta, memerintah dan memutuskan segala
urusan di dunia dan akhirat menyatakan bahwa kekuasaan hanya milik-Nya,
memberikan hidayah dan menyesatan ada di tangan-Nya, apa yang Dia berikan tiada
yang bisa menghalangi dan apa yang ia tahan tiada yang dapat memberikannya.
Kemudian Allah memberikan hidayah kepada mereka, sehingga mereka masuk Islam
dan menjadi pasukan Islam pilihan dan melalui mereka Allah menaklukkan dunia
ini dan memberi petunjuk kepada umat manusia.
Apakah bagi orang yang berakal akan meyakini bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan yang lainnya mengetahui perkara
ghaib di dunia ini? Dan Apakah orang yang berakal akan meminta pertolongan dan
keselamatan kepada selain Allah? Dan meminta dihilangkan kesulitan-kesulitannya
kepada selain-Nya. (Mudzakaratul Hadits An Nabawi, Syaikh Rabi' bin Hadi
AlMadkhali, hal. 26)
Hal ini merupakan bukti kewajiban bertauhid kepada
Allah. Karena apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagai mahluk
termulia dan yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah, tidak dapat memberi
hidayah bagi siapa yang beliau inginkan. Maka, tiada sembahan yang haq kecuali
Allah, yang memberi hidayah bagi siapa saja yang Dia kehendaki. (Kitab
al-Tauhid (tarjamah), Syaikh Muhammad At Tamimi, hal. 102).
[PurWD/voa-islam.com]
- See more
at:
http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2010/03/10/3754/nabi-pun-tak-kuasa-memberi-hidayah/#sthash.Yp5zTeJs.dpuf
Komentar
Posting Komentar