Panutan Akhlak Nabi Muhammad SAW yang Perlu Dicontoh

-
Islam adalah agama yang menuntun dan
memastikan bahwa umatnya diciptakan untuk mencapai akhlak yang tinggi,
berperilaku adab yang baik, dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan
yang mulia dan menjadi orang-orang yang mencintai umat manusia dengan
tulus tanpa membeda-bedakan perbedaan agama, ras maupun status sosial.
Di dalam Islam tekanan kuat yang menakjubkan diletakkan dalam
meningkatkan kecintaan kepada umat manusia dan pentingnya menunjukkan
kasih dan simpati kepada setiap makhluk Allah, termasuk manusia dan
hewan. Di dalam Islam, umat Islam dituntut tidak hanya untuk melindungi
kaum Muslim, tetapi juga para pengikut agama lain. Ketika manusia dan
hakekat kemusiaannya sedang “terkoyak”, sebahagian besar orang mengharap
“sumbangan riil” agama agar hadir membawa kesejukan. Agama harus dapat
“dibumikan” dan tidak boleh dibiarkan “mengawang-ngawang” tanpa bisa
dijangkau oleh pemeluknya, karena pada kenyataannya banyak manusia
merasa terasing dari kehidupan riil yang dihadapi. Problem kemanusiaan
seperti ini tentu saja membutuhkan kehadiran agama untuk memberikan
jawaban. Islam telah meletakkan azas-azas yang akan menjaga hakikat
kemanusiaan dalam hubungan antar individu atau antar kelompok. Pertama,
saling menghormati dan memuliakan. Islam mengajarkan untuk menghormati
manusia walaupun telah menjadi mayat. Kedua, menyebarkan kasih sayang.
Ini merupakan eksplorasi dari risalah Islam sebagai ajaran yang utuh,
karena Islam datang sebagai rahmat untuk seluruh alam. Ketiga, keadilan
dan persamaan. Keempat, perlakuan yang sama. Membalas suatu kebaikan
dengan kebaikan yang sama atau lebih baik adalah tuntutan setiap
masyarakat yang menginginkan hubungan harmonis antar sesama. Kelima,
berlapang dada dan toleransi (tasamuh). Kelima, saling tolong menolong
dan Keenam, menepati janji. Rasulullah saw merupakan contoh nyata
bagaimana Islam merupakan agama kasih sayang dan saling tolong menolong
meskipun kepada orang yang berbeda keyakinan, seperti suatu ketika
Rasulullah saw berjalan di Kota Makkah. Beliau melihat seorang wanita
tua menunggu seseorang yang bisa dimintai tolong membawakan barangnya.
Begitu Rasulullah saw lewat di depannya, ia memanggil, “Ya ahlal Arab!
Tolong bawakan barang ini, nanti akan kubayar.” Rasulullah saw sengaja
lewat di hadapan nenek itu karena bermaksud hendak menolongnya. Maka,
ketika Rasulullah saw menghampirinya, beliau segera mengangkat
barang-barang itu seraya berkata, “Aku akan mengangkatkan barangmu tanpa
bayaran.” Di tengah perjalanan, wanita itu menasihati sang pemuda.
“Menurut Kabar yang beredar di Kota Makkah ini ada seseorang yang
mengaku Nabi, namanya Muhammad. Hati-hatilah engkau dengan orang itu.
Jangan sampai engkau teperdaya dan mempercayainya.” Nenek tua itu sama
sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan sedang bersamanya
adalah Muhammad sang Nabi Saw. Maka beliau berkata kepada si nenek, “Aku
ini Muhammad…” Nenek tua itu terperangah begitu menyadari pemuda yang
menolongnya adalah Muhammad yang diceritakannya. Maka, pada saat itu
juga nenek itu langsung meminta maaf dan bersyahadat. Ia pun kemudian
memuji akhlak Nabi Muhammad. “Sungguh engkau memiliki akhlak yang
luhur.” Lalu ada sepenggal kisah akhlak Rasulullah saw yang pandai
menghargai sesama, seperti ketika ada sahabat terlambat datang ke
majelis Nabi saw. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat
tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di
tengah kebingungannya, Rasulullah saw memanggilnya. Rasulullah saw
memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup sampai di situ, Rasulullah saw
pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk
dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air
mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan
tetapi mencium sorban Nabi saw. Lihatlah bagaimana Nabi saw
menghargainya sampai-sampai sahabatnya menangis karena tersanjung. Nabi
Muhammad saw pernah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan ahlak yang terpuji”. Dan kemudian Nabi saw benar-benar
mejadi sumber teladan terbaik, terindah, termulia, terpuji dan
terlengkap sebagai teladan dari berbagai sisi kehidupannya. Apa yang
disebutkan di atas hanyalah sedikit contoh dari akhlak Nabi saw. Sudah
seharusnya kita sebagai seorang muslim menjadikan Nabi Muhammad SAW
sebagai panutan kita dalam berahlak. Karena beliaulah semulia-mulianya
manusia di dunia ini, akhlak mulia beliau adalah yang paling layak untuk
kita ikuti. Sehingga kita bisa merasakan hidup indah bersama akhlak
Nabi Muhammad saw. Saling hormat menghormati, saling menghargai dan
tolong antar sesama manusia baik yang seagama maupun tidak seagama. Kita
umat Islam seharusnya menjadi tokoh utama perdamaian, karena tidak akan
pernah ada ahlak yang lebih indah daripada akhlak Nabi saw junjungan
kita.
sumber: http://www.kompasiana.com
sumber: http://www.kompasiana.com
Komentar
Posting Komentar